Kenali Program Keluarga Berencana (KB) dan Manfaatnya
18 February 2025
Pendahuluan
Keluarga Berencana (KB) adalah program yang bertujuan untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak, serta memperbaiki kualitas hidup keluarga dengan memberikan kesempatan kepada pasangan usia subur untuk merencanakan kelahiran anak. Program KB yang efektif dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mengurangi angka kematian ibu dan bayi, serta memperbaiki kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Berbagai metode kontrasepsi atau alat KB tersedia, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi fisik, dan preferensi pasangan.
- Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal menggunakan hormon untuk mencegah ovulasi, mengubah kondisi saluran reproduksi, dan menghambat pertemuan antara sel telur dan sperma. Beberapa metode hormonal yang sering digunakan adalah:
- Pil KB (Kontrasepsi Oral Kombinasi)
Pil KB adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling populer, terdiri dari kombinasi hormon estrogen dan progestin. Pil ini bekerja dengan cara menghambat ovulasi, mengental lendir serviks, dan mengubah lapisan rahim sehingga sperma sulit mencapai sel telur. Keuntungan pil KB adalah kemudahan penggunaan dan kontrol yang lebih besar terhadap siklus menstruasi. Namun, pil ini harus dikonsumsi setiap hari dan memerlukan konsistensi. Beberapa efek samping yang mungkin timbul termasuk mual, peningkatan berat badan, atau risiko trombosis.
- Suntik KB
Suntik KB mengandung hormon progestin yang disuntikkan ke dalam tubuh setiap 3 bulan sekali. Metode ini efektif untuk wanita yang tidak ingin terlibat dalam pengambilan pil harian. Suntikan KB bekerja dengan cara yang mirip dengan pil KB, yaitu menghambat ovulasi dan mengentalkan lendir serviks. Keuntungan suntik KB adalah kepraktisannya dan pengaruhnya yang tahan lama (3). Namun, beberapa wanita mungkin mengalami perubahan pada siklus menstruasi atau penurunan kepadatan tulang setelah pemakaian jangka panjang.
- Implan KB
Implan adalah tabung kecil yang ditempatkan di bawah kulit lengan dan melepaskan hormon progestin secara perlahan. Implan dapat bertahan antara 3 hingga 5 tahun dan memberikan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dalam mencegah kehamilan. Meskipun efektif, implan dapat menyebabkan perubahan pada siklus menstruasi, serta efek samping seperti sakit kepala, perubahan suasana hati, dan penambahan berat badan.
- Metode Kontrasepsi Non-Hormonal
Metode non-hormonal adalah pilihan bagi wanita yang tidak dapat atau tidak ingin menggunakan kontrasepsi hormonal. Beberapa metode non-hormonal yang sering digunakan antara lain:
- Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi yang mudah diakses dan digunakan, baik oleh pria maupun wanita. Kondom bekerja dengan cara mencegah sperma masuk ke dalam vagina dan mencapai sel telur. Selain sebagai metode kontrasepsi, kondom juga dapat melindungi pasangan dari penyakit menular seksual (PMS). Keuntungannya adalah mudah digunakan, tidak mempengaruhi siklus menstruasi, dan dapat digunakan oleh pasangan yang tidak ingin menggunakan hormon. Kekurangannya termasuk potensi robek atau tergelincir selama hubungan seksual.
- IUD (Intrauterine Device)
IUD adalah alat kontrasepsi berbentuk T yang dipasang di dalam rahim oleh tenaga medis. Ada dua jenis IUD: IUD hormonal, yang melepaskan hormon progestin, dan IUD tembaga, yang bekerja dengan mengeluarkan ion tembaga yang membunuh sperma dan mencegah implantasi sel telur yang telah dibuahi. IUD sangat efektif dan dapat bertahan antara 5 hingga 10 tahun, tergantung pada jenisnya. Meskipun efektif, beberapa wanita mungkin mengalami efek samping seperti nyeri atau pendarahan yang lebih banyak di awal penggunaan.
- Sterilisasi (Vasektomi dan Tubektomi)
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang melibatkan prosedur bedah. Pada pria, vasektomi dilakukan dengan memotong atau mengikat saluran sperma untuk mencegah sperma mencapai air mani. Pada wanita, tubektomi dilakukan dengan memotong atau mengikat saluran tuba falopi untuk mencegah sel telur bertemu dengan sperma. Keuntungan sterilisasi adalah keefektifannya yang sangat tinggi dan permanennya. Namun, prosedur ini tidak dapat dibatalkan dan memiliki risiko komplikasi bedah.
- Metode Kontrasepsi Alami
Metode kontrasepsi alami mengandalkan pemantauan siklus menstruasi dan penghindaran hubungan seksual pada periode subur. Metode ini termasuk:
- Siklus Kalender
Metode ini melibatkan perhitungan periode subur wanita berdasarkan siklus menstruasi bulanan. Pasangan yang menggunakan metode ini menghindari hubungan seksual pada masa subur, yaitu beberapa hari sebelum dan setelah ovulasi. Keuntungannya adalah tidak ada biaya dan tidak memerlukan alat khusus. Namun, efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, dan memerlukan disiplin tinggi dalam memantau siklus menstruasi.
- Metode Penghitungan Suhu Tubuh
Metode ini melibatkan pengukuran suhu tubuh basal setiap hari untuk mengetahui waktu ovulasi. Selama masa ovulasi, suhu tubuh akan sedikit meningkat. Pasangan yang menggunakan metode ini akan menghindari hubungan seksual pada saat suhu tubuh menunjukkan tanda-tanda ovulasi. Namun, efektivitas metode ini terbatas dan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran suhu tubuh setiap hari.
- Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi darurat digunakan setelah hubungan seksual tanpa perlindungan atau jika kontrasepsi gagal (misalnya, kondom robek). Beberapa opsi kontrasepsi darurat adalah:
- Pil Kontrasepsi Darurat (Morning After Pill)
Pil kontrasepsi darurat mengandung hormon yang bekerja dengan cara menghambat ovulasi atau mengubah lapisan rahim untuk mencegah implantasi sel telur yang telah dibuahi. Pil ini harus diminum sesegera mungkin setelah hubungan seksual tanpa perlindungan untuk meningkatkan efektivitasnya. Meskipun efektif, pil kontrasepsi darurat tidak dianjurkan sebagai metode kontrasepsi utama, karena efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan metode lain yang lebih rutin digunakan.
Jika Sahabat Permata ingin mengetahui informasi lebih dan berdiskusi metode KB yang cocok, segera konsultasikan ke Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Permata Mufidah Grup
Informasi Layanan : https://rspermata.co.id/contact
Referensi
- Lidegaard Ø, Løkkegaard E, Jensen A, et al. Hormonal contraception and risk of venous thromboembolism: A systematic review. Acta Obstet Gynecol Scand. 2010;89(7):907-915. doi:10.3109/00016349.2010.490973.
- Buzzetti R, Giaccari A, Strollo R. Long-acting reversible contraception (LARC): Pros and cons. J Clin Endocrinol Metab. 2015;100(4):1429-1435. doi:10.1210/jc.2014-4092.
- Guttmacher AE, Hatcher RA. Contraceptive Technology. 21st ed. New York: Ardent Media; 2018.
- Piras L, Tontodonati M, Bonizzoni E, et al. Use of depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) and bone mineral density: A meta-analysis. Arch Gynecol Obstet. 2016;294(6):1251-1258. doi:10.1007/s00404-016-4106-6.
- Shelton JD, Barrett-Connor E, Dozier A, et al. The effectiveness of long-term contraception: Evidence from a randomised trial. Lancet. 2017;390(10107):1047-1054. doi:10.1016/S0140-6736(17)30557-X.
- Meschia M, Gilian A. Male condom as a contraceptive and protective method. J Reprod Med. 2014;59(7):12-17.
- Marchesi A, Mariani M, Zambelli C, et al. Intrauterine device for contraception: Mechanism of action and clinical implications. J Obstet Gynecol. 2017;43(4):158-164. doi:10.1111/jog.13199.
- Ho C, Sabaratnam A, Choong G. IUDs in contraception: Current trends and recommendations. Obstet Gynecol Surv. 2019;74(9):544-549. doi:10.1097/OGX.0000000000000697.
- Suthar M, Topiwala S. Sterilization methods: A comparative review. Indian J Gynecol Obstet. 2017;67(1):12-18.
- Dunson D, Baird D, Colombo B. Day-specific probabilities of clinical pregnancy based on two studies with longitudinal data. Hum Reprod. 2004;19(6):1516-1523. doi:10.1093/humrep/deh292.
- Frank-Herrmann P, Bender H, Hoelscher M, et al. The symptothermal method of natural family planning: Efficacy and effectiveness. Hum Reprod. 2003;18(3):559-565. doi:10.1093/humrep/deg135.
- Glasier A, Cameron ST, Blithe D, et al. The efficacy of emergency contraception: A systematic review. Lancet. 2010;375(9716):555-561. doi:10.1016/S0140-6736(09)62010-3.
Sekali Cuci Darah, Apakah Cuci Darah Seumur Hidup?
12 March 2025
Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang digunakan pada pasien dengan gagal ginjal kronis atau akut yang mengalami penurunan fungsi ginjal secara signifikan. Durasi hemodialisis bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien, kebutuhan medis, serta respons terhadap terapi.
Read moreIni Bahan Pembentuk Batu yang Ada di Ginjal
12 March 2025
Batu ginjal, atau nefrolitiasis, adalah kondisi di mana endapan keras terbentuk di dalam ginjal akibat kristalisasi mineral dan garam yang terdapat dalam urin. Proses pembentukan batu ginjal melibatkan beberapa mekanisme kompleks, termasuk supersaturasi urin, pertumbuhan kristal, pengendapan dan retensi kristal dalam saluran kemih.
Read moreAnak Terlambat Bicara Karena Penyakit Telinga?
04 March 2025
Speech delay atau keterlambatan bicara merupakan kondisi di mana perkembangan kemampuan berbicara anak lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap speech delay adalah gangguan pada telinga, terutama yang memengaruhi pendengaran. Pendengaran yang terganggu dapat menghambat anak dalam memahami dan meniru bahasa, yang pada akhirnya berdampak pada keterlambatan bicara.
Read more