Mata Kering, Apakah Karena Screentime Berlebihan?

12 February 2025

Dry Eye Syndrome (DES), juga dikenal sebagai sindrom mata kering, adalah kondisi yang terjadi ketika produksi air mata tidak mencukupi atau kualitasnya terganggu, sehingga menyebabkan iritasi pada permukaan mata. Kondisi ini bisa menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan bagi penderita dan dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Definisi dan Gejala

Dry eye syndrome ditandai dengan perasaan kering, gatal, atau terbakar di mata, serta sensasi adanya benda asing. Gejala lainnya meliputi penglihatan kabur, sensitivitas terhadap cahaya, dan mata merah. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi kerusakan pada permukaan kornea yang menyebabkan penglihatan terganggu.

Penyebab Dry Eye Syndrome

Penyebab utama DES adalah ketidakseimbangan dalam sistem air mata. Air mata terdiri dari tiga lapisan utama: lapisan lipid, lapisan air, dan lapisan mukus. Ketidakstabilan atau kekurangan salah satu lapisan ini dapat menyebabkan mata kering. Beberapa penyebab umum DES antara lain:

  1. Produksi Air Mata yang Tidak Cukup

Kondisi ini sering terjadi pada individu dengan gangguan kelenjar lacrimal, yang bertugas memproduksi air mata. Hal ini dapat disebabkan oleh usia, penyakit autoimun (seperti sindrom Sjögren), atau efek samping obat-obatan tertentu seperti antihistamin dan beta-blocker.

  1. Evaporasi Air Mata yang Berlebihan

Evaporasi air mata dapat meningkat karena faktor eksternal seperti angin, cuaca kering, atau penggunaan lensa kontak dalam jangka waktu lama. Penggunaan perangkat digital (seperti komputer dan ponsel) juga dapat memperburuk evaporasi air mata karena mengurangi frekuensi kedipan.

  1. Gangguan pada Kualitas Air Mata

Kualitas air mata juga dapat terganggu jika terdapat masalah dengan komponen lipid atau mukus dalam air mata. Hal ini dapat disebabkan oleh peradangan pada kelopak mata (blefaritis) atau kelainan pada kelenjar meibomian, yang menghasilkan lapisan lipid air mata.

Diagnosis

Diagnosis dry eye syndrome dilakukan berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan mata. Tes-tes diagnostik yang sering digunakan antara lain:

  • Tes Schirmer: Untuk mengukur jumlah produksi air mata.
  • Tear Break-Up Time (TBUT): Untuk menilai stabilitas air mata.
  • Pengamatan Mikroskopis Permukaan Mata: Untuk melihat adanya kerusakan pada permukaan kornea.

Pengelolaan dan Pengobatan

Pengobatan DES bertujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada permukaan mata. Beberapa metode pengelolaan termasuk:

  1. Obat-obatan

Obat antiinflamasi seperti siklosporin A (Restasis) dan lifitegrast (Xiidra) dapat membantu mengurangi peradangan pada permukaan mata dan meningkatkan produksi air mata. Selain itu, obat-obatan yang meningkatkan viskositas air mata juga dapat digunakan untuk memberikan pelumasan tambahan.

  1. Air Mata Buatan

Air mata buatan adalah pengobatan utama untuk DES. Tetes mata ini berfungsi untuk menggantikan atau menambah volume air mata yang hilang. Ada berbagai jenis air mata buatan yang tersedia di pasaran, yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan penderita.

  1. Pengobatan Fisik

Pada kasus-kasus tertentu, prosedur medis seperti terapi panas untuk kelenjar meibomian (misalnya menggunakan alat LipiFlow) atau penggunaan tapon lacrimal untuk menutup saluran air mata dapat dilakukan untuk meningkatkan retensi air mata.

  1. Modifikasi Gaya Hidup

Menghindari paparan angin atau udara kering, mengurangi waktu penggunaan perangkat elektronik, serta menggunakan humidifier di rumah dapat membantu mengurangi gejala mata kering.

Jika Sahabat Permata memiliki gejala mata kering seperti yang disebutkan di atas, segera konsultasikan dengan Dokter Spesialis Mata di Rumah Sakit Permata Mufidah Grup

Informasi Layanan : https://rspermata.co.id/contact

 

Referensi

  1. Lemp MA, Baudouin C, Baum J, et al. The definition and classification of dry eye disease: Report of the Definition and Classification Subcommittee of the International Dry Eye Workshop (2007). Ophthalmology. 2007;114(11):S1-S12.
  2. Nelson JD, Shimazaki J, Benitez-Del-Castillo JM, et al. Dry eye disease: The process and progress in diagnosis and treatment. Ophthalmology. 2017;124(1):S44-S47.
  3. Foulks GN, Asbell PA. Dry eye disease: A review of epidemiology and pathophysiology. Clin Ophthalmol. 2014;8:6-16.
  4. Craig JP, Nichols KK, Akpek EK, et al. TFOS DEWS II Report Executive Summary. Ocul Surf. 2017;15(4):802-812.

 


Sekali Cuci Darah, Apakah Cuci Darah Seumur Hidup?

12 March 2025

Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang digunakan pada pasien dengan gagal ginjal kronis atau akut yang mengalami penurunan fungsi ginjal secara signifikan. Durasi hemodialisis bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien, kebutuhan medis, serta respons terhadap terapi.

Read more

Ini Bahan Pembentuk Batu yang Ada di Ginjal

12 March 2025

Batu ginjal, atau nefrolitiasis, adalah kondisi di mana endapan keras terbentuk di dalam ginjal akibat kristalisasi mineral dan garam yang terdapat dalam urin. Proses pembentukan batu ginjal melibatkan beberapa mekanisme kompleks, termasuk supersaturasi urin, pertumbuhan kristal, pengendapan dan retensi kristal dalam saluran kemih.

Read more

Anak Terlambat Bicara Karena Penyakit Telinga?

04 March 2025

Speech delay atau keterlambatan bicara merupakan kondisi di mana perkembangan kemampuan berbicara anak lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap speech delay adalah gangguan pada telinga, terutama yang memengaruhi pendengaran. Pendengaran yang terganggu dapat menghambat anak dalam memahami dan meniru bahasa, yang pada akhirnya berdampak pada keterlambatan bicara.

Read more